-->

Rabu, 15 April 2020

Petani Millenial Rela Menempuh Jarak 15 Km Demi Menjaga Ketersediaan Benih Padi di Tengah Pandemi COVID-19

Petani Millenial Rela Menempuh Jarak 15  Km Demi Menjaga Ketersediaan Benih Padi di Tengah Pandemi COVID-19


Sigapnews.com, Bantaeng (Sulsel) - Akibat dari Pandemi Virus Covid-19 sebagian telah berdampak dengan melemahnya dan bahkan terhentinya berbagai sektor usaha, namun hal itu tidak berlaku bagi sektor pertanian.

Sektor Pertanian tidak mungkin terhenti karena pertanian berkaitan langsung dengan kebutuhan dasar manusia, yaitu pangan.

Untuk itulah semua pejuang pangan di negeri ini dengan semangatnya telah berjuang dalam memenuhi kebutuhan pangan nasional yang di support langsung oleh himbauan semangat dari Menteri Pertanian kita, Syahrul Yasin Limpo yang meminta kepada para insan pertanian untuk terus aktif bergerak dan tidak berhenti dalam mengawal ketersediaan pangan rakyat Indonesia.

Sebagai implementasi dari himbauan itu, salah satu program jangka pendek Kementan tahun 2020 adalah menjamin ketersediaan komoditas pangan strategis 3 bulan ke depan untuk memenuhi kebutuhan pangan 267 juta penduduk.

Kelompok Tani dan atau Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) ataupun Kelompok Usaha Bersama (KUB) adalah bagian dari  pasukan yang telah dan akan terus mendukung  program pembangunan pertanian, termasuk dukungan dari petani milenial yang jumlahnya kurang lebih 2,7 juta serta dukungan petani  yang bukan milenial yang jumlahnya sekitar 30,4 juta yang tak pernah berhenti dengan komitmen bersama untuk tetap bekerja, berhasil guna dalam pemenuhan kebutuhan pokok dalam situasi apapun.

Dalam situasi Pandemi Covid 19 saat ini, tidak membuat insan pertanian untuk tidak bergerak seperti halnya Kiki, seorang alumni Fakultas  Teknologi Pertanian Unhas yang memilih tetap mengabdi di desa, menjadi tenaga pendamping pada Kelompok tani.

Kiki bergabung sebagai anggota kelompok tani Bombong yang  bergerak di bidang penangkaran benih padi yang berdomisili di Desa Biangkeke, Kecamatan Pa’jukukang, Kabupaten Bantaeng.

Varietas yang ditanam adalah Inpari 7 dan varietas cigeulis dengan kelas benih adalah Benih Penjenis (BP), yang dikenal pula sebagai Breeder Seed berlabel warna kuning.


Walaupun saat sekarang ini pandemi covid-19 sedang mewabah, semua masyarakat  diminta untuk tetap tinggal di rumah, namun bukan berati tidak mengindahkan himbauan pemerintah seprti halnya Kiki sebagai tenaga pendamping dan anggota kelompok  untuk tetap rela keluar rumah menuju lokasi penangkaran yang berjarak 15 km dari rumahnya.

Hal itu di lakukan sebagai hasil komitmen untuk tetap bekerja dalam situasi apapun demi kebutuhan pangan masyarakat Indonesia, oleh sebab itu Kiki melakukan itu semua dengan perinsip bahwa kegiatan penangkaran benih padi haruslah tetap berjalan, untuk menjaga ketersediaan benih padi petani untuk musim tanam berikutnya. 

Pada proses kegiatan penangkaran, dimulai dengan memesan benih sumber dari Balai Besar Penelitian Tanaman Padi Sukamandi dan dari Balai Benih Induk (BBI) Tanaman Pangan Maros.

Benih sumber inilah yang selanjutnya ditanam pada lahan seluas 3,8 Ha. 

Menurut Kiki, produksi benih padi di Kelompok binaanya belumlah mencapai target yang diinginkan, masih sekitar 6 ton/ha, padahal sudah menggunakan dosis pupuk Urea 200 kg/ha,  dan Phonska 150 kg/ha.

Kiki berharap “Masih perlu diidentifikasi apa faktor penyebab produksinya masih belum sesuai harapan”, ungkapnya.

“Kami masih mengharapkan adanya bimbingan Tim Penyuluh Pertanian BPP setempat tentang bagaimana mendapatkan dan memproduksi  benih agar mendapatkan kualitas benih yang baik dan produksinya tinggi, serta bimbingan penggunaan PUTS dan PUP”, harap Kiki.

Semoga para petani lebih termotivasi untuk menggunakan  benih yang berlabel sehingga produksi padinya bisa meningkat untuk menunjang ketersediaan stok pangan, utamanya beras. (RNY/JML/RSN) BBPP-BK.

Read other related articles

Also read other articles

© Copyright 2019 SIGAPNEWS.COM | All Right Reserved