-->

Jumat, 15 Mei 2020

Petani Milenial Asal Konawe Ajak Masyarakat Kembangkan Budidaya Secara Organik

Petani Milenial Asal Konawe Ajak Masyarakat Kembangkan Budidaya Secara Organik



Sigapnews.com, Konawe (Sultra) - Wabah pandemi Covid-19 masih mengancam stabilitas kehidupan, meskipun demikian pertanian berjalan terus. Kegiatan olah lahan, tanam, dan panen hampir terjadi secara merata di seluruh penjuru Indonesia. Salah satu buktinya adalah kegiatan tanam cabe yang dilakukan oleh Safar, seorang petani milenial dari Kab. Konawe Provinsi Sulawesi Tenggara.

Safar menerapkan budidaya cabe organik dengan menggunakan mulsa plastik. Menurut Safar, petani sekitar belum terbiasa melakukan budidaya cabe dengan menggunakan mulsa plastik, padahal jika dianalisa secara ekonomi, penggunaan mulsa jauh lebih menguntungkan dibandingkan tanpa mulsa. Apalagi di lahan yang digunakan, gulma sangat cepat pertumbuhannya.


"Saya ingin memberikan contoh pada masyarakat tentang cara budidaya yang sehat dan bisa menguntungkan. Budidaya secara organik kami lakukan karena selain lebih murah dan hasilnya lebih sehat untuk dikonsumsi. Penggunaan mulsa kami contohkan supaya masyarakat sekitar bisa melihat bahwa bertani tidak berarti harus capek mencabut gulma sepanjang musim, ada teknologi yang bisa meringankan kerja manusia," jelas Safar. Sabtu (16/5/2020).


Pelaksanaan penanaman juga didampingi oleh penyuluh pertanian, Salim SP. Menurut Salim, Safar merupakan salah satu petani milenial yang punya semangat dan kreativitas yang tinggi. Safar saat ini sudah mulai melanjutkan estafet kepemimpinan P4S Fasilitas Mandiri yang didirikan oleh orang tuanya, Tuo Turhamun.

"Kami bersama petani selalu memaksimalkan potensi yang ada, termasuk saat ini, proses pengolahan lahan dimotivasi agar dipercepat sehingga penanaman juga bisa lebih awal. Kita berharap ketersediaan air mencukupi sehingga petani bisa mendapatkan hasil yang memuaskan," ujar Salim.

Apa yang dilakukan oleh Safar dan Salim sejalan dengan arahan Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo (SYL) yang dalam beberapa kesempatan senantiasa menekankan agar masyarakat secara perlahan beralih ke sistem budidaya yang sehat, sehingga akan menghasilkan pangan yang sehat. 

Selain itu, Menteri Petanian Syahrul Yasin Limpo (SYL) juga senantiasa menegaskan bahwa di tengah Pandemi Covid 19 ini, petani dan penyuluh harus tetap melakukan pekerjaan sehari-harinya dalam menyediakan kebutuhan pangan sehingga tidak terjadi krisis pangan.

“Walaupun dalam kondisi pandemi covid-19, don't stop, maju terus, pangan harus tersedia dan rakyat tidak boleh bermasalah pangan. Setelah panen segera lakukan percepatan tanam, tidak ada lahan yang nganggur selama satu bulan," tegas SYL.

Sejalan dengan arahan Menteri Pertanian,  Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) Kementerian Pertanian (Kementan) Prof. Dedi Nursyamsi yang meminta kepada para Penyuluh Pertanian untuk tetap bekerja mendampingi para petani. 

“Penyuluh Pertanian harus aktif dan produktif mendampingi petani agar proses budidaya di lahan sampai masa panen berjalan dengan baik. Jangan sampai ada komoditas pangan yang tertahan. Penyuluh harus memastikan petani tetap menanam, seandainya besok kiamat, maka hari ini harus tetap menanam,” jelas Dedi.

Selain itu Prof Dedi juga senantiasa menganjurkan agar petani melakukan budidaya yang sehat. Budidaya yang sehat bisa dimulai dengan membuat secara mandiri input produksinya, seperti pupuk organik padat, pupuk organik cair dan pestisida nabati. Hal ini karena dampak positif pertanian organik dalam jangka panjang sangat menguntungkan. 

"Kunci produksi pertanian dalam jangka panjang adalah Pertanian organik. Dengan bertani organik, secara perlahan akan membuat petani mandiri, karena petani bisa membuat sendiri input produksi dengan memanfaatkan bahan baku yang tersedia disekitarnya. Jangan pernah membakar jerami padi, jagung dan sisa pertanian lainnya. Olah menjadi pupuk organik di lahan di mana dia dihasilkan, kemudian hasilnya kembalikan lagi ke lahan. Hal ini dalam jangka panjang akan meningkatkan karbon organik tanah, dan pada akhirnya akan meningkatkan produksi pertanian, baik secara kualitas maupun kuantitas," jelas Dedi.

Penulis : Jamaluddin Al Afgani
Editor : Resky Yulianti

Read other related articles

Also read other articles

© Copyright 2019 SIGAPNEWS.COM | All Right Reserved