-->

Jumat, 22 Mei 2020

Penyuluh Bersama P4S Dampingi Petani Lakukan Pemeliharaan Tanaman Padi, Cegah Dampak Kekeringan



Sigapnews.com, Konawe (Sultra) - Pandemi wabah virus corona belum menunjukkan tanda-tanda akan segera berakhir. Pemerintah telah melakukan segala upaya untuk menekan penyebarannya antara lain dengan menerbitkan larangan mudik yang berdampak pada penutupan sarana transportasi dan pembatasan-pembatasan lainnya, seperti bekerja, belajar, dan beribadah di rumah.

Menteri Pertanian  Syahrul Yasin Limpo yang akrab disapa SYL menyampaikan bahwa penyebaran virus corona yang masif di Indonesia berimbas negative pada kegiatan ekonomi. Di sektor konsumsi rumah tangga terjadi ancaman kehilangan pendapatan masyarakat karena tidak bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup. Pengangguran dan kemiskinan meningkat dan kinerja pelaku usaha menurun dan terdampak virus sehingga tidak dapat melaksanakan usahanya, bahkan dihadapkan pada ancaman kebangkrutan.

"Kita dihadapkan pada masa yang penuh dengan tantangan. Pandemi virus corona telah memberikan efek domino dalam berbagai bidang, antara lain sosial, budaya, dan ekonomi, tapi sebagai insan Pertanian, kita harus tetap produktif, petani harus tetap bekerja menyiapkan pangan bagi 267 juta penduduk Indonesia," ungkap SYL.

Selaras dengan arahan Mentan, Kepala BPPSDM Pertanian, Prof Dedi Nursyamsi menegaskan bahwa masalah pangan adalah masalah yang sangat utama yang menentukan hidup matinya  suatu bangsa, di mana petani harus tetap semangat tanam, semangat olah dan semangat panen. Hal ini membuktikan pertanian tidak pernah berhenti ditengan wabah covid-19.

Bedasarkan arahan Mentan dan Kepala BPPSDMP,  P4S Nakamichi  Style yang dipimpon oleh Tasripin yang beralamat di Kelurahan Anggaberi, Kab. Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara, melakukan percepatan tanam pada anggota kelompok binaan P4S di lahan seluas 20 ha. Menurut Tasripin, semua anggota kelompok mempercepat tanam karena memanfaatkan ketersediaan air, selain itu untuk mengantisipasi kekeringan yang sudah marak dibicarakan.

"Kami dapat info bahwa Menurut BMKG, musim kemarau tahun ini akan menjadi musim kemarau terkering dibanding tahun-tahun sebelumnya. Dimana diperkirakan sekitar 9,9 % daerah zona musim yang akan memasuki puncak musim kemarau pada bulan Juli, Sementara itu, sekitar 64,9 %, memasuki puncak musim kemarau pada bulan Agustus dan 18,7%, baru memasuki puncak musim kemarau pada bulan September. Oleh karenanya kami berharap bisa panen sebelum datangnya musim kemarau," ungkap Tasripin.

Sementara itu, Penyuluh Pertanian Jasman, SP menyampaikan bahwa selama ini sudah banyak berkomunikasi dengan pengelola P4S dalam hal pendampingan di tingkat petani. "Kami sangat bersyukur karena pengelola P4S merupakan petani yang berpikiran lebih Maju, sehingga sangat mudah mengadopsi teknologi dan masyarakat binaannya juga lebih mudah diarahkan," jelas Jasman. Jumat (22/5/2020).

"Kami berharap petani di lokasi binaan P4S bisa panen sebelum datangnya musim kemarau  dan hasilnya bisa maksimal dinikmati oleh petani," tutupnya. (BBPP-BK).

Penulis : Jamaluddin Al Afgani/Mustafa

Jumat, 15 Mei 2020

Petani Milenial Asal Konawe Ajak Masyarakat Kembangkan Budidaya Secara Organik



Sigapnews.com, Konawe (Sultra) - Wabah pandemi Covid-19 masih mengancam stabilitas kehidupan, meskipun demikian pertanian berjalan terus. Kegiatan olah lahan, tanam, dan panen hampir terjadi secara merata di seluruh penjuru Indonesia. Salah satu buktinya adalah kegiatan tanam cabe yang dilakukan oleh Safar, seorang petani milenial dari Kab. Konawe Provinsi Sulawesi Tenggara.

Safar menerapkan budidaya cabe organik dengan menggunakan mulsa plastik. Menurut Safar, petani sekitar belum terbiasa melakukan budidaya cabe dengan menggunakan mulsa plastik, padahal jika dianalisa secara ekonomi, penggunaan mulsa jauh lebih menguntungkan dibandingkan tanpa mulsa. Apalagi di lahan yang digunakan, gulma sangat cepat pertumbuhannya.


"Saya ingin memberikan contoh pada masyarakat tentang cara budidaya yang sehat dan bisa menguntungkan. Budidaya secara organik kami lakukan karena selain lebih murah dan hasilnya lebih sehat untuk dikonsumsi. Penggunaan mulsa kami contohkan supaya masyarakat sekitar bisa melihat bahwa bertani tidak berarti harus capek mencabut gulma sepanjang musim, ada teknologi yang bisa meringankan kerja manusia," jelas Safar. Sabtu (16/5/2020).


Pelaksanaan penanaman juga didampingi oleh penyuluh pertanian, Salim SP. Menurut Salim, Safar merupakan salah satu petani milenial yang punya semangat dan kreativitas yang tinggi. Safar saat ini sudah mulai melanjutkan estafet kepemimpinan P4S Fasilitas Mandiri yang didirikan oleh orang tuanya, Tuo Turhamun.

"Kami bersama petani selalu memaksimalkan potensi yang ada, termasuk saat ini, proses pengolahan lahan dimotivasi agar dipercepat sehingga penanaman juga bisa lebih awal. Kita berharap ketersediaan air mencukupi sehingga petani bisa mendapatkan hasil yang memuaskan," ujar Salim.

Apa yang dilakukan oleh Safar dan Salim sejalan dengan arahan Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo (SYL) yang dalam beberapa kesempatan senantiasa menekankan agar masyarakat secara perlahan beralih ke sistem budidaya yang sehat, sehingga akan menghasilkan pangan yang sehat. 

Selain itu, Menteri Petanian Syahrul Yasin Limpo (SYL) juga senantiasa menegaskan bahwa di tengah Pandemi Covid 19 ini, petani dan penyuluh harus tetap melakukan pekerjaan sehari-harinya dalam menyediakan kebutuhan pangan sehingga tidak terjadi krisis pangan.

“Walaupun dalam kondisi pandemi covid-19, don't stop, maju terus, pangan harus tersedia dan rakyat tidak boleh bermasalah pangan. Setelah panen segera lakukan percepatan tanam, tidak ada lahan yang nganggur selama satu bulan," tegas SYL.

Sejalan dengan arahan Menteri Pertanian,  Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) Kementerian Pertanian (Kementan) Prof. Dedi Nursyamsi yang meminta kepada para Penyuluh Pertanian untuk tetap bekerja mendampingi para petani. 

“Penyuluh Pertanian harus aktif dan produktif mendampingi petani agar proses budidaya di lahan sampai masa panen berjalan dengan baik. Jangan sampai ada komoditas pangan yang tertahan. Penyuluh harus memastikan petani tetap menanam, seandainya besok kiamat, maka hari ini harus tetap menanam,” jelas Dedi.

Selain itu Prof Dedi juga senantiasa menganjurkan agar petani melakukan budidaya yang sehat. Budidaya yang sehat bisa dimulai dengan membuat secara mandiri input produksinya, seperti pupuk organik padat, pupuk organik cair dan pestisida nabati. Hal ini karena dampak positif pertanian organik dalam jangka panjang sangat menguntungkan. 

"Kunci produksi pertanian dalam jangka panjang adalah Pertanian organik. Dengan bertani organik, secara perlahan akan membuat petani mandiri, karena petani bisa membuat sendiri input produksi dengan memanfaatkan bahan baku yang tersedia disekitarnya. Jangan pernah membakar jerami padi, jagung dan sisa pertanian lainnya. Olah menjadi pupuk organik di lahan di mana dia dihasilkan, kemudian hasilnya kembalikan lagi ke lahan. Hal ini dalam jangka panjang akan meningkatkan karbon organik tanah, dan pada akhirnya akan meningkatkan produksi pertanian, baik secara kualitas maupun kuantitas," jelas Dedi.

Penulis : Jamaluddin Al Afgani
Editor : Resky Yulianti

Kamis, 07 Mei 2020

P4S Fasilitas Mandiri Kembangkan Tanaman Ramah Lingkungan


Sigapnews.com, Konawe (Sultra) - Pangan yang sehat merupakan dambaan setiap orang yang ingin tetap sehat, apalagi di tengah wabah Covid-19. Pangan yang sehat umumnya diperoleh dari proses budidaya secara organik atau ramah lingkungan.

Lingkungan merupakan faktor utama dalam bertani organik, karena bertani organik dianggap bertani secara ramah lingkungan dengan menggunakan bahan-bahan alami dan tidak menggunakan bahan kimia sintetis, khususnya pupuk dan pestisida, sehingga tidak menimbulkan pencemaran lingkungan.



Dalam beberapa kesempatan, Menteri Pertanian senantiasa menekankan agar masyarakat secara perlahan beralih ke sistem budidaya yang sehat, sehingga akan menghasilkan pangan yang sehat.

Selain itu, Menteri Petanian Syahrul Yasin Limpo (SYL) juga senantiasa menegaskan bahwa di tengah Pandemi Covid 19 ini, petani dan penyuluh harus tetap melakukan pekerjaan sehari-harinya dalam menyediakan kebutuhan pangan sehingga tidak terjadi krisis pangan.



“Walaupun dalam kondisi pandemi covid-19, don't stop, maju terus, pangan harus tersedia dan rakyat tidak boleh bermasalah pangan. Setelah panen segera lakukan percepatan tanam, tidak ada lahan yang nganggur selama satu bulan," tegas SYL.

Menindaklanjuti arahan Mentan, Ketua Pusat Pelatihan Pertanian Perdesaan Swadaya (P4S) Fasilitas Mandiri, Tuwo Turhamun menegaskan bahwa P4S yang dikelolanya tetap melakukan aktivitas budidaya pertanian, khususnya budidaya secara organik, sekalipun kondisi Pandemi Covid-19 masih berlangsung.

P4S Fasilitas Mandiri beralamat di Desa Wowasolo Kec. Wonggeduku, Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara.

"Kami sudah komitmen untuk melaksanakan budidaya secara organik. Sejak kami mendapatkan Fasilitas Bimtek Pertanian Organik dari BBPP Batangkaluku, kami langsung praktekkan, dan Alhamdulillah kami sudah melihat dan merasakan hasilnya secara langsung," jelas Tuwo, Kamis (7/5/2020).



"Sebelumnya kami sudah melakukan budidaya bawang merah secara organik, dan saat ini kami melakukan budidaya tomat juga secara organik. Kami sudah siapkan semuanya secara mandiri, mulai dari pembuatan PGPR, Pupuk organik padat dan pupuk organik cair," jelas Tuwo.

Apa yang dilakukan oleh P4S Fasilitas Mandiri sejalan dengan arahan Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) Kementerian Pertanian (Kementan) Prof. Dedi Nursyamsi yang senantiasa menganjurkan agar petani senantiasa membuat secara mandiri input produksinya, seperti pupuk organik padat, pupuk organik cair dan pestisida nabati. Hal ini karena dampak positif pertanian organik dalam jangka panjang sangat menguntungkan.

"Pertanian organik memiliki tiga pilar utama, yaitu (1) lingkungan, (2) sosial termasuk didalamnya masalah kesehatan dan (3) ekonomi.  Lingkungan merupakan faktor utama dalam bertani organik, karena bertani organik dianggap bertani secara ramah lingkungan dengan menggunakan bahan-bahan alami dan tidak menggunakan bahan kimia sintetis, khususnya pupuk dan pestisida, sehingga tidak menimbulkan pencemaran lingkungan," tutur Dedi.

Penulis : Macceiyya/Salim SP
Editor : Jamaluddin Al Afgani

Dugaan Pemalsuan Surat "Lurah bertanggung Jawab"



Sigapnews.com - Pengaduan H.Nungku melalui Adi Yusuf, SH selaku kuasa hukumnya, di Mapolres Soppeng terkait dengan telah terjadi suatu dugaan tindak pidana pemalsuan surat, Rabu 6 Mei 2020.

H.Nungku keberatan atas pemanggilannya terkait dengan tandatangan Aniseng, terkait dengan pemalsuan surat keterangan jual beli pada 5 November 2015, dengan mengetahui Kepala Lingkungan Limpomajang A.Wawo dan Lurah Limpomajang Abd.Rahman.

Adi Yusuf selaku kuasa hukum, mengatakan bahwa, kami melaporkan adauan kami ke Polres Soppeng karena H.Nungku ingin butuh keadilan, dan memang kasus kemarin ada dugaan diskriminasi terhadap kalien kami dalam hal ini H.Nungku terkait dengan pemalsuan tandatangan Aniseng,

" Kita minta saja polres soppeng agar profesional menangani kasus pemalsuan tandatangan yang diarahkan ke H.Nungku oleh Aniseng,"ungkap Adi Yusuf

Adi juga menambahkan bahwa apa bila aduan kami tidak ditindak lanjuti maka kami akan melalui paradilan atau kami laporkan kasus ini ke Polda Sulsel, " tambah Adi Yusuf.

" Terkait dengan adanya dugaa pemalsuan surat keterangan jual beli, saya minta pihak pemerintah kelurahan Limpomajang kecamatan marioraiwa yang bertanggung jawab, karena dia mengetahui surat tersebut," ungkap Adi Yusuf.

Lalan

Kamis, 05 Maret 2020

BBPP Batangkaluku Gelar Pelatihan Tematik Cabai di BPP Onembute Kab.Konawe, Ini Tujuannya


Sigapnews.com, Konawe - 
Sekertaris Dinas Tanaman Pangan Hortikultura dan Perkebunan Kabupaten Konawe, Roesli, membuka pelatihan tematik cabai yang di langsungkan di BPP Onembute kecamatan Onembute Kabupaten Konawe Provinsi Sulawesi Tenggara, Kamis (5/3/2020).

Pelatihan Tematik Cabai (Pengendalian OPT) Bagi Non Aparatur Angkatan III yang Diselenggarakan oleh BBPP Batangkaluku ini akan berlangsung selama 3 (tiga) hari dari 04 s/d 06 Maret 2020.


Melalui pelatihan tematik  cabai ini diharapkan selain meningkatkan pengetahuan petani mengenai teknik budidaya dan pengendalian hama penyakit, sekaligus juga akan mendongrak produktivitas hasil panen khususnya di kabupaten Konawe, ungkap Roesli dalam saat membuka pelatihan tersebut.

Lanjut Roesli yang mewakili Kadis Ketahanan Pangan dan Holtikultur itu mengatakan, " Sangat bangga atas di laksanakannya pelatihan tematik cabai ini dan berharap agar peserta dapat mengikuti pelatihan ini sampai selesai agar dapat memahami semua  materi yang diberikan sehingga dapat mengaplikasikan nantinya dilapangan untuk  mendapatkan hasil yang memuaskan, tandasnya.

Pada kegiatan itu salah satu peserta yang berasal dari  Desa Napoasi Kecamatan Onembute  mengatakan," Tentunya kami sangat senang mengikuti pelatihan Tematik Cabai ini,  karena diwilayah kami merupakan sentra pengembangan tanaman cabai apalagi materi yang diberikan merupakan salah satu permasalahan yang paling sering kami hadapi pada budidaya cabai, " ungkap 
Suparno peserta asal Kec. Onembute.


Peserta dalam pelatihan ini, diikuti 30 petani yang berasal  dari Kecamatan Onembute 10 Orang, Kecamatan Wenggeduku Barat 5 Orang, Kecamatan Wenggeduku 5 Orang, Kecamatan Anggota 5 Orang, Kecamatan Uepai 3 Orang dan Kecamatan Abuki 2 Orang.(Al-Az).
© Copyright 2019 SIGAPNEWS.COM | All Right Reserved