-->

Minggu, 10 Mei 2020

Bina Petani Manfaatkan Limbah Pertanian, Alumni Faston Edukasi Petani Membuat Arang Sekam

Bina Petani Manfaatkan Limbah Pertanian, Alumni Faston Edukasi Petani Membuat Arang Sekam



Sigapnews.com,  Pertanian adalah salah satu bidang yang dituntut harus tetap produktif di tengah mewabahnya covid 19. Pertanian harus terus berjalan, demikianlah ungkapan Menteri Pertanian yang sering digaungkan dalam memotivasi seluruh insan pertanian di negeri ini. 

"Walau dalam kondisi pandemi covid-19, don't stop, maju terus, pangan harus tersedia dan rakyat tidak boleh bermasalah pangan. Setelah panen, segera lakukan percepatan tanam, tidak ada lahan yang menganggur selama satu bulan," kata Mentan Syahrul

Hj. Sari Banong, yang biasa dipanggil Hj. Sari  adalah salah satu alumni sertifikasi fasilitator organik tanaman yang dilaksanakan di Tempat Uji Kompetensi (TUK) BBPP Batangkaluku. Sebelum  mengikuti sertifikasi profesi, Hj. Sari sudah mengikuti lebih awal Pelatihan Fasilitator Organik Tanaman (Faston) yang dilaksanakan oleh P4S Alam Hijau Lestari.

Menurut Hj. Sari, sejak mengikuti pelatihan Fasilitator organik tanaman, dia semakin termotivasi untuk membangun kesadaran petani agar bertani secara organik. "Saat ini fokus kami adalah memfasilitasi petani sebanyak mungkin agar melakukan cara budidaya yang sehat," jelas Hj. Sari. Minggu (10/5/2020).

Meskipun wabah covid-19 sedang melanda negeri ini, Hj. Sari tetap melakukan pembinaan ke petani. 

"Saat ini kami terus mengedukasi petani agar bisa membuat sendiri input teknologi budidaya, seperti membuat arang sekam, memanfaatkan limbah pertanian menjadi pupuk organik padat dan pupuk organik cair," tutur Sari.

Kami selalu mencoba mencari teknologi organik yang tepat guna, misalnya mencarikan informasi pupuk organik cair yang berkualitas,  hal ini agar produksi tetap terjaga dan lambat laun petani mulai menghilangkan ketergantungannya dengan bahan kimia, jelas Hj. Sari. 

"Bagi kami, pertanian organik adalah pertanian "amal Jariyah", karena selain menyuburkan tanah dalam jangka panjang, hasil produksi akan memiliki kandungan residu kimia yang rendah sehingga orang-orang yang mengkonsumsinya juga sehat.Meskipun wabah covid 19 saat ini sedang melanda, kami tetap membina petani",ungkapnya.

Saat ini Hj. Sari dan beberapa alumni fasilitator organik tanaman sedang fokus memanfaatkan lahan tidur untuk diolah menjadi lahan organik. Umumnya mereka sudah merasakan sendiri manfaat melakukan budidaya secara organik. 
"Harapan kami, ke depan pemerintah memberikan porsi yang besar terhadap pertanian organik sekaligus memberikan kepercayaan bahwa pertanian organik bisa menjadi solusi pembangunan pertanian masa depan Indonesia," tuturnya. 

Apa yang dilakukan oleh Hj. Sari sejalan dengan arahan Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) Kementerian Pertanian (Kementan) Prof. Dedi Nursyamsi yang senantiasa menganjurkan agar petani senantiasa membuat secara mandiri input produksinya, seperti pupuk organik padat, pupuk organik cair dan pestisida nabati. Hal ini karena dampak positif pertanian organik dalam jangka panjang sangat menguntungkan. 

"Pertanian organik memiliki tiga pilar utama, yaitu (1) lingkungan, (2) sosial termasuk didalamnya masalah kesehatan dan (3) ekonomi.  Lingkungan merupakan faktor utama dalam bertani organik, karena bertani organik dianggap bertani secara ramah lingkungan dengan menggunakan bahan-bahan alami dan tidak menggunakan bahan kimia sintetis, khususnya pupuk dan pestisida, sehingga tidak menimbulkan pencemaran lingkungan," tutur Dedi.

Penulis : Jamaluddin Al Afgani

Read other related articles

Also read other articles

© Copyright 2019 SIGAPNEWS.COM | All Right Reserved