-->

Senin, 11 Mei 2020

Panen Jagung Kelompok Tani Imanuel Sulut Dimasa Covid-19, Tetap Optimalkan Hasil Panen



Sigapnews.com, Minahasa (Sultra) - Pandemi corona yang tengah mewabah di dunia menyebabkan beberapa negara khawatir dengan ketahanan pangan mereka, Bagaimana dengan Indonesia? Ketersediaan pangan selama pandemi corona tetap melimpah hampir di seluruh wilayah, bahkan untuk komoditas pakan ternak. Hal ini di buktikan dengan dilaksanakannya panen jagung pakan ternak varietas Bisi 222 di Kelompok Tani Imanuel, Desa Raringis, Kec. Langowan Barat, Kabupaten Minahasa, Sulawesi Utara. 

Seperti arahan Menteri Pertanian SYL, “Pandemi Covid 19 ini tidak mematikan semangat Pahlawan pangan kita yaitu petani dan para penyuluh untuk tetap termotivasi melakukan pekerjaan sehari-hari mereka, yaitu menyediakan kebutuhan pangan untuk kita semua sehingga tidak terjadi krisis pangan yang diramalkan oleh FAO. Mari bekerja dan saling menjaga untuk melawan pandemi Covid 19 ini”. 

"Walau dalam kondisi pandemi covid-19, don't stop, maju terus, pangan harus tersedia dan rakyat tidak boleh bermasalah pangan. Setelah panen, segera lakukan percepatan tanam, tidak ada lahan yang menganggur selama satu bulan," kata Mentan SYL.

Hal senada juga disampaikan Kepala Badan SDM Pertanian, Dedi Nursyamsi agar seluruh pelaku pertanian senantiasa bergerak untuk mempertahankan ketersediaan pangan di negeri ini. 


“Panen jagung kami laksanakan ditengah pandemi corona dengan tetep mengedepankan keamanan dan kesehatan, produktivitas jagung yang kami panen sangat baik yakni 9 ton per ha dan kami telah bekerjasama dengan kios pakan yang siap menerima hasil panen kami dengan harga Rp. 3.200/kg”, demikian diungkap Hans Maki selaku petani, Senin (11/5/2020).

Hal tersebut juga dibenarkan oleh penyuluh Pertanian yang mendampingi selama masa budidaya Michael Rundengan, bahwa dalam setiap tahap budidaya kami berusaha menerapkan aspek keselamatan dan kesehatan kerja disamping usaha agar hasil panen tetap optimal. (BBPP-BK).

Penulis : Intan Ariani
Editor    : Al Aziz / Jamaluddin
Sumber Data : Michael Rundengan/Hari Ismanto

Selasa, 24 Maret 2020

Dollar Naik 17.000 Rupiah, Orang Indonesia Santai Aja Guys.


Oleh Gus Din, Pemerhati Sosial Politik.

Sigapnews.com, Jakarta - Indonesia lagi moneter melemah. Tapi kenapa tak ada yang panik dan ekonomi berjalan lancar. Yang panik pengusaha kaya raya, sahamnya anjlok, stop impor dan penyesuaian harga, tapi belum tentu. Bagi rakyat kecil kenapa tak panik, ngak ngefek guys!!! Sebab ekonomi kita berbasis rakyat dan orang tau Indonesia sebenarnya maju, tapi agak kesendat gara2 virus covid 19/corona.

Bagi rakyat kecil Indonesia sudah biasa krisis, sudah biasa kenaikan harga. Rakyat kecil bisa survive walau hanya makan indomie, tahu petis, sayuran pepaya dan makan kerupuk.

Yang penting beras tidak mahal dan minyak goreng murah. Kalau telor mahal bisa bagi dua, tahu mahal bisa bagi empat, daging mahal bisa bikin sate lalat, ayam mahal bisa makan jeroannya aja atau ususnya. Pokoknya rakyat kecil Indonesia survive deh.

Kita lihat orang kaya di Indonesia apa kena dampak, dia tau krisis ini hanya krisis semua, walau barusan bos PT Djarum kelihangan 71 T gara-gara saham korporasinya anjlok. Kenapa para konglemerat tetap survive? Sebab mereka ngak makan saham tetap makan nasi dan jagung, kadang-kadang indomie juga.. he he.

Para orang kaya di Indonesia biasa juga survive dan menganggap turunnya saham dan naiknya dolar, hanyalah sementara di tengah ketidakpastian corona yg masih diurus pemerintah. Mereka para konglomerat bersikap wait aja tanpa and see.

Selain itu para pemodal yang kaya raya di Indonesia ngak ada yang panik. Punya Mall sepi santai aja. Punya bisnis transportasi bis, travel, kapal laut dan pesawat lesu santai aja. Punya Hotel-hotel dan restoran sepi omset santai aja guys. Sebab mereka juga udah bisa survive.

Ingat selama 10 tahun ekonomi Indonesia meningkat walau sedikit stabil di angka 5 persen. Kenapa Indonesia bisa bertahan sebab ekonomi? Karena kita bukan berbasis utang kosumtif tapi di tangan Jokowi utang menjadi kosumsi produktif.

Walau 4-5 bulan kedepan ekonomi menjadi agak lesu dan dollar 20.000 sekalipun, Indonesia tetap tumbuh dalam kolektifisme, solidaritas, gotong royong dan persatuan. Sebab, dengan cobaan kasus virus covid 19, orang kaya dan miskin tak ada artinya.

Sesuai syair lagu populer, "orang kaya mati, orang miskin mati, raja-raja mati". Itulah sepenggal syair yang populer di rakyat Indonesia. Buat apa kaya tapi sakit, buat apa sakit walau harta berlimpah. Tetap yang mahal adalah sehat wal afiat.

Jokowi dan menteri-menterinya sudah bergerak menangani virus corona covid 19. Tiap hari Jokowi siang malang bekerja untuk membasmi corona dan menyadarkan masyarakat berperilaku sehat.

Kenapa Jokowi tak panik walau dolar sudah mau masuk 17.000 Rupiah? Kenapa tak menyuruh Gubernur Bank Indonesia (BI) tak melakukan intervensi? Pemerintah sadar kenaikan dollar adalah kenaikan semu dan hari ini kita tak bergantung dollar, sebab naik ngak masalah, wong memang kondisinya force mayor dan darurat.

Darurat artinya genting, namanya genting artinya situasi tak menentu dan pemerintah lagi fokus selesaikan masalah corona. Prioritas utama adalah menjaga dan melindungi nyawa rakyat Indonesia, tak peduli orang kecil atau orang kaya.

Nah guys, rakyat kecil ngak panik karena biasa survive dan bertahan. Orang kaya terutama pemodal juga ngak panik karena memahami keadaan. Presiden dan menterinya juga ngak panik karena mereka tau apa yang harus diselesaikan.

Terus yang panik siapa guys....yang panik adalah orang-orang yang tak punya kemampuan bertahan dan manja. Bisa tergantung pada keadaan dan tidak terbiasa merubah keadaan.

Salam santai #dirumahaja #lawancorona #dollarnaikgakpanik.

Syafrudin Budiman SIP biasa disapa Gus Din.
Jakarta 24/3/2020

© Copyright 2019 SIGAPNEWS.COM | All Right Reserved